KONSEP TEORI PSIKOMOTORIK
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam pembelajaran
harus ada target yang harus dicapai. Menentukan tujuan pembelajaran itu menjadi
sangat penting bagaikan anak panah lepas dari busurnya mencari papan target itu
tujuan utamanya. Tapi terkadang tujuan dan target biasanya tidak sesuai dengan
apa yang sudah diharapkan maka dari itu seorang guru harus mengevaluasi
pembelajaran yang sudah ada di dalam kelas maupun diluar. Oleh sebab itulah
dalam proses pembelajaran, evaluasi menjadi kajian yang sangat penting.
Proses pembelajaran
menetukan apakah pendidikan tercapai atau tidak. Dan hanya dengan evaluasi yang
baik tujuan pendidikan dan pembelajaran dapat diketahui hasilnya.Tujuan dan
evaluasi pendidikan di tanah air sekarang ini, biasanya mengikuti taksonomi atau
ranah yang dikembangkan oleh B.S.Bloom. Menurut taksonomi tersebut, tujuan
pendidikan diklasifikasikan kedalam tiga ranah, yaitu: Kognitif (Pengetahuan),
Afektif (Sikap), dan Psikomotor (Keterampilan).
Namun realitasnya,
pendidikan di tanah air terjebak pada ranah kognttif baik dalam tujuan, proses
pembelajaran maupun evaluasinya. Hal ini mungkin disebabkan oleh lemahnya
pemahaman terhadap ranah afektif dan psikomotor, disamping pengembangan alat
ukur dan pengukuran terhadap hasil belajar dalam kedua ranah tersebut yang
lebih rumit dan sulit dibandingkan dengan yang ada pada ranah kognitif. Oleh
karena itu dalam makalah ini akan dibahas tentang salah satu dari ranah
tersebut, yaitu pengukuran ranah psikomotor.
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1 Apa
pengertian dari psikomotor?
1.2.2 Apa faktor yang mempengaruhi psikomotor?
1.2.3 Bagaimana
tahapan dalam psikomotor?
1.2.4 Apa aspek penilaian psikomotor?
1.2.5 Apa saja gangguan psikomotor?
1.3
Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari
psikomotor
1.3.2 Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi psikomotor
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana tahapan dalam psikomotor
1.3.4 Untuk mengetahui aspek penilaian psikomotor
1.3.5 Untuk mengetahui gangguan-gangguan psikomotor
1.4
Manfaat
1.4.1 Bagi
Penulis
Diharapkan
dapat menambah pengetahuan dan wawasan, serta mengaktualisasikan pada proses
menjadi perawat professional yang memahami tentang perilaku manusia khususnya tentang psikomotor.
1.4.2
Bagi Perawat
Diharapkan
perawat dapat mengetahui bagaimana psikomotor perilaku
klien karena berhubungan dengan proses penyembuhan maka harus dilakukan
tindakan yang tepat untuk masalah klien.
1.4.3 Bagi Pasien dan Keluarga
Diharapkan
pasien dan keluarga dapat memahami tentang psikomotor perilaku manusia,
tahapan-tahapan psikomotor, dan gangguan psikomotor.
1.4.4 Bagi Dunia Pendidikan
Diharapkan
dapat menambah pengetahuan dan wawasan, serta mampu mengetahui tentang psikomotor.
1.4.5 Bagi Penulis Selanjutnya
Diharapkan
dapat menambah pengetahuan dan wawasan, serta dapat dijadikan media pembanding
serta referensi dalam penulisan karya tulis ilmiah selanjutnya.
BAB 2
LANDASAN
TEORI
2.1
Pengertian
Psikomotor
Menurut Simson (1972) kemampuan psikomotor termasuk gerakan, koordinasi
dan keterampilan fisik. Perkembangan kemampuan tersebut membutuhkan latihan
berulang. Menurut Dick and Carey (2005) sebuah kegiatan dapat digolongkan sebagai psikomotorik apabila
eksekusinya menggunakan gerakan otot tanpa atau menggunakan peralatan.
Kemampuan psikomotorik diukur dalam besaran kecapatan,
akurasi (ketepatan), jarak, kekuatan dan kelenturan dalam melakukan gerakan sesuai dengan prosedur atau
teknik pelaksanaan. Kegiatan yang termasuk kemampuan psikomotorik diantaranya:
keterampilan menggunakan peralatan laboratorium IPA, kursus keterampilan
vokasional sepertimenjahit, mengukir, membuat gerabah dan sebagainya;
pendidikan olah raga, gerakan beribadah, latihan menggnakan peralatan seperti
computer, kamera, alat musik dan seni pertinjukkan seperti menari, melukis dan
sejenisnya.
Psikomotor
itu ialah gerakan badan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa. Jadi, merupakan
efek bersama yang mengenai badan dan jiwa. Juga dinamakan konasi “conation”,
perilaku motorik atau aspek motorik dari pada perilaku gerakan reflek, seperti
reflek lutut dan reflek pupil tidak termasuk dalam pembahasan ini.
Ranah
psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu.Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang
menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan
(skill) dan kemampuan bertindak individu.Hasil belajar psikomotor ini
sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu)
dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk
kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku). Hasl
belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar
psikomotorik apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan
tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah
afektifnya.
2.2
Faktor yang Mempengaruhi Psikomotor
Faktor keterampilan psikomotor secara garis besar dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1.
Mengindera à Kegiatan
keterampilan psikomotor yang dilakukan dengan alat-alat indera.
2.
Menyiagakan diri àMengatur
kesiapan diri sebelum melakukan sesuatu tindakan dalam rangka mencapai suatu
tujuan.
3.
Bertindak secara terpimpin à Melakukan
tindakan-tindakan dengan mengikuti prosedur tertentu.
4.
Bertindak secara mekanik à Bertindak
mengikuti prosedur baku.
5.
Bertindak secara kompleks à Bertindak
secara teknologi yang didukung oleh kompetensi. Di dalamnya tercakup semua
tindakan keahlian dari berbagai bidang profesi. Ciri khas dari orang yang mampu
bertindak secara kompleks adalah mampu menyusun mekanisme kerja sesuai dengan
situasi dan kondisi yang dihadapinya dan mampu menciptakan teknologi baru.
2.3
Tahapan Psikomotor
Tahapan ranah
Psikomotor menurut Simpson yaitu:
1)
Persepsi (perception)
Mencakup
kemampuan untuk mengadakan disikriminasi yang tepat antara dua perangsang atau
lebih, berdasarkan pembedaan antara cirri-ciri fisik yang khas pada
masing-masing rangsangan, yang dinyatakan dengan adanya suatu reaksi ynag
menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan dan perbedaan antara
rangsangan-rangsangan yang ada.
2)
Kesiapan (set)
Mencakup
kemampuan untuk menempatkan diri dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau
rangkaian gerakan, yang dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.
3)
Gerakan terbimbing (guided response)
Mencakup
kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian kerak-gerik, yang dinyatakan dengan
menggerakkan anggota tubuh menurut contoh yang telah diberikan.
4)
Gerakan terbiasa (mechanical response)
Mencakup
kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, tanpa
memperhatikan lagi contoh yang diberikan, karena ia sudah mendapatkan latihan
yang cukup, yang dinyatakan dengan menggerakkan anggota tubuh.
5)
Gerakan yang
kompleks (complex response)
Mencakup
kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri dari atas
berbagai komponen dengan lancar, tepat, dan efisien yang dinyatakan dalam suatu
rangkaian perbuatan yang berurutan, serta menggabungkan beberapa sub
keterampilan menjadi suatu keseluruhan gerakan yang teratur.
6)
Penyesuaian pola
gerakan (adjustment)
Mencakup
kemampuan untuk mmengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengahn
kondisi setempat atau menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai
kemahiran.
7)
Kreativitas (cretavity)
Mencakup
kemampuan untuk melahirkan pola gerak-gerik yang baru, yang dilakukan atas
prakarsa atau inisiatif sendiri. Hanya orang yang berketarmpilan tinggi dan
berani berpikir kreatif akan mampu mencapai tingkat kesempurnaan ini.
Ada
beberapa taksonomi kemampuan psikomotorik. Diantaranya yang disusun oleh Simson
tahun 1972, Anita Harrow tahun 1972 dan HR. Dave’s tahun 1975. Dari ketiga
taksonomi tersebut yang paling sesuai untuk desain pembelajaran anak-anak
adalah taksonomi dari HR. Dave.

Taksonomi
Dave’s terdiri dari lima kategori dari yang tingkat pemula ke yang paling
piawai seperti yang nampak
dalam piramida disamping. Penjelasan singkat dan kata kuci dari kelimta kelima
kategori tersbut adalah sebagai berikut.
- Imitasi – meniru gerakan yang dilakukan oleh orang lain. Contoh: peserta didik meniru gerakan menendang bola gurunya.
- Manipulasi – melakukan gerakan berbeda dengan yang diajarkan. Contoh: peserta didik melakukan gerakan menendang bola dengan gaya sendiri, tidak lagi persis yang dicontohkan.
- Presisi – melakukan gerakan yang tepa atau akurat. Contoh: peserta didik menendang bola lebih terarah dan tepat sasaran.
- Artikulasi – memberikan sentuhan seni dengan menggabungkan beberapa hal yang hasilnya sebuah harmoni. Contoh: peserta didik menendang bola indah dengan gerakan melengkung (gerakan pisang).
- Naturalisasi – gerakan yang berkualitas menjadi bagian dari dirinya yang ketika dilakukan terjadi secara reflek. Contoh: peserta didik nampak sudah biasa menendang bola secara terarah, akurat dan indah sepeti layaknya seorang pesepak bola bertarap professional.
2.4
Aspek-Aspek
Penilaian Psikomotor
Leighbody dan Kidd dalam bukunya Ismet Basuki dan
Hariyanto menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar psikomotor meliputi:
a.
Kemampuan
menggunakan alat dan sikap kerja
b.
Kemampuan
mengenalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pekerjaan
c.
Kecepatan
mengerjakan tugas
d.
Keserasian bentuk
dengan yang diharapkan dan atau kreteria yang telah ditentukkan
Dalam hal ini
Ryan (1980) dengan penekatan kepada kapan penilaian kapan dilaksanakan,
menjelaskan bahwa hasil belajar psikomotor dapat diukur melalui:
a.
Pengamatan langsung
dan penilaian tingkah laku peserta didik
selama proses pembelajaran praktik berlangsung.
b.
Sesudah mengikuti
pembelajaran, yaitu dengan cara memberikan tes kepada pesertadidik untuk
mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
c.
Memberikan
penilaian kepada peserta didik beberapa waktu berselang setelah pembelajaran
usai.
2.5
Gangguan Psikomotor
Menurut
Maramis (2005), gangguan-gangguan psikomotor beserta penjelasannya antara lain
:
1.
Kelambatan : secara
umum gerakan dan reaksi menjadi lambat
-
Hiponikesa,
hipoaktivitas :gerakan atau aktivitas berkurang.
-
(sub-) stupor katatonik
: reaksi terhadap lingkungan sangat berkurang gerakan dan aktivitas menjadi
sangat lambat,sehingga kelihatan seperti pasien sama sekali tidak memperhatikan
lingkungannya.
-
Katalepsi :
mempertahankan secara kaku posisi badan tertentu, bila hendak diubah oleh orang
lain.
-
Flexibilitas serea :
mempertahankan posisi badan yang dibuat padanya oleh orang lain.
2.
Peningkatan : aktivitas
dan reaksi umum meningkat
-
Hiperkinesa,
hiperaktivitas : pergerakan atau aktivitas yang berlebihan.
-
Gaduh-gelisah katatonik
: aktivitas motorik yang kelihatannya tidak bertujuan, yang berkali-Kali dan
seakan-akan tidak dipengaruhi oleh rangsang luar.
3.
Tik “tic” : gerakan involunter, sekejap serta
berkali-kali mengenai sekelompok otot atau bagian badan yang relative kecil.
4.
Bersikap aneh : dengan sengaja mengambil sikap atau
posisi badan yang tidak wajar, yang aneh atau bizar.
5.
Grimas : mimic yang aneh yang berulang-ulang.
6.
Stereotipi : gerakan salah satu anggota badan
yang berkali-kali dan tidak bertujuan.
7.
Pelagakan “mannerism” :
pergerakan atau lagak yang stereotip dan teatral seperti sedang bermain
sandiwara.
8.
Ekhopraxia : lansung meniru pergerakan orang lain
pada saat dilihatnya.
9.
Echolalia : langsung
mengulangi atau meniru apa yang dikatakan orang lain.
10.
Otomatisma perintah
“command automatism” : menuruti sebuah perintah secara otomatis tanpa memikir
dahulu.
11.
Otomatisma : berbuat
sesuatu secara otomatis sebagai pernyataan (expresi) simbolik aktivitas tak
sadar.
12.
Negativism : menentang
nasehat atau permintaan orang lain atau melakukan yang berlawanan dengan itu.
13.
Kataplexsia : tonus
otot menghilang dengan mendadak dan sejenak, yang timbul kelemahan umum dengan
atau tanpa penurunan kesadaran, yang
dengan disebabkan oleh berbagai keadaan emosi.
14.
Gangguan somatomotorik
pada reaksi konversi : sering mengambarkan secara simbolik suatu konflik
emosional dan dapat berupa :
-
Kelumpuhan
-
Pergerakan yang
abnormal, umpamanya : tremor, tik (‘’tic’’), kejang kejang atau atau ataxia
-
Astasia-abasia : tidak
dapat duduk, berdiri dan berjalan
15.
Verbigerasi : berkali-kali mengucapkan sebuah kata
yang sama. Umpamanya ‘’ saya mau makan, makan ,makan, dan seterusnya . . . .’’,
atau ‘’ kemarin, kemaren, kemaren, dan seterusnya.... saya datang ‘’.
16.
Berjalan : tidak tegap,
kaku (‘’rigid’’) atau lambat
17.
Gangguan motorik
(yang sebenarnya bukan merupakan gangguan psikomotor) yang mungkin sekali
disebabkan oleh : pemakaian obat (umpamanya : tremor, hipokinesa, diskinesia,
akatisia, karena neroleptika) gangguan ortopedik atau gangguan nerologik.
18.
Kompulsi : suatu
dorongan yang mendesak berkali-kali, biarpun tidak disukai, agar berbuat
sesuatu yang bertentangan dengan keinginannya sehari-hari atau dengan kebiasaan
serta norma-norma. Kompulsi itu mungkin terjadi karena fobi (misalnya :
bakteriofobi mengakibatkan kompulsi cuci-cuci tangan) atau karena (obsesi barangnya hilang dapat mengakibtkan kompulsi
buka-buka lemari untuk melihat kalau barangnya masih ada). Di antara
bermacam-macam kompulsi itu terdapat :
-
Dipsomania : dorongan agar minum air
-
Egomania : preokupasi dengan diri
sendiri
-
Erotomania : preokupasi dengan hal-hal
sexual
-
Kleptomania : dorongan agar mencuri
-
Megalomania : dorongan agar mencari kekuasaan
-
Monomania : preokupsi dengan sebuah subyek
-
Nimfomania : dorongan bersanggama pada kaum
wanita
-
Satiriasis : dorongan bersanggama pada
kaum pria
-
Trikhotilomania : dorongan mencabut-cabut rambutnya
-
Ritualistik : dorongan bertingkat-laku
upacara
Atau kompulsi lain, umpamannya : mencuci-cuci tangannya
atau mandi berjam-jam lamanya, memungut-mungut tetek-bengek di lantai (potongan
kain, kertas, dan sebagainnya), berulang-ulang menghitung uangnya, memeriksa
jedela/pintu, melihat beberapa kali apakah sepucuk surat yang telah ditulisnya
sudah ditandatangani olehnya, sehingga sampulnya dibuka-ditutupi berulang-ulang
: memegang-mengang serta menyentuh-nyentuh sebuah meja : menyuruh anaknya
memberi hormat kepadanya sebanyak 10 kali tepat, dan sebagainnya, dan
sebagainnya.
19.
Gagap : berbicara
dengan terhenti-henti karena spasme otot-otot untuk bicara, mulai dari
berbicara sangat ragu-ragu sampai dengan berbicara explosif.
Seorang penderita mania dapat berbicara, berjaln,
menyanyi atau melakukan apa saja tanpa mengenal lelah. Pada depresi dengan
agitasi, maka penderita itu mungkin tak putus-putusnya menangis, mondar mandir
atau meremas-remas tangannya. Pada gaduh- gelisah katatonik, pasien itu mungkin
sangat gelisah, berbicara banyak lagi keras tak berhenti-henti.
BAB 3
CONTOH KASUS
Seorang pasien korban kecelakaan datang ke rumah sakit. Pasien
mengalami perdarahan pada hidung namun kesadaran tetap penuh. Segera perawat melakukan
tindakan keperawatan. Yang pertama dilakukannya adalah melihat kondisi pasien
dan meminta pasien untuk berbaring pada bed kemudian perawat mulai membersihkan
darah yang ada sekitar hidung pasien. Sembari membersihkan perdarahan perawat
bertanya kenapa bisa terjadi dan apakah merasa sakit kepala. Pasien mengatakan
hidungnya terbentur palang pintu dan pasien tidak merasa sakit kepala, setelah
membersihkan dan menghentikan perdarahan
perawat mengukur tekanan darah pasien dan didapatkan hasil yang normal. Perawat
menawarkan pada pasien ingin melakukan pemeriksaan lebih lanjut atau berobat
mandiri dirumah dan pasien memutuskan untuk berobat mandiri di rumah. Karena
pasien memutuskan perawatan mandiri, perawat memberikan edukasi untuk melakukan
kompres hangat dan datang ke dokter jika masih ada keluhan.
BAB 4
PEMBAHASAN
Pembahasan berfokus pada
perawat.
1.
Sesuai pengertian
psikomotor yaitu gerakan,
koordinasi dan keterampilan fisik, dalam kasus tersebut terlihat ketika perawat
melakukan tindakan keperawatan. “Yang pertama dilakukannya adalah melihat kondisi pasien
dan meminta pasien untuk berbaring pada bed kemudian perawat mulai membersihkan
darah yang ada sekitar hidung pasien.”
Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson
(1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk
keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.Hasil belajar psikomotor
ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami
sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk
kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku).
2.
Faktor yang mempengaruhi
psikomotor pada kasus tersebut meliputi :
-
Mengindera à“Yang pertama dilakukannya adalah melihat kondisi pasien”
-
Menyiagakan diri à “Segera perawat melakukan tindakan
keperawatan”
-
Bertindak secara terpimpin à “Perawat menawarkan pada pasien ingin melakukan
pemeriksaan lebih lanjut atau berobat mandiri”
-
Bertindak secara mekanik à “meminta pasien
untuk berbaring pada bed kemudian perawat mulai membersihkan darah yang ada
sekitar hidung pasien.” “setelah membersihkan
dan menghentikan perdarahan perawat mengukur tekanan darah pasien”
-
Bertindak secara kompleks à terlihat
keahlian perawat dalam melakukan tindakan keperawatan pada kasus tersebut.
Mulai saat penanganan pertama sampai memberikan edukasi pada pasien.
3. Tahapan psikomotor yang sudah dimiliki perawat menurut Taksonomi
Dave’s sudah masuk pada tahap yang paling bawah yaitu sudah
bertaraf profesional
a) Imitasi
b) Manipulasi – mampu melakukan tindakan mandiri
c) Presisi
– melakukan
gerakan yang tepat atau akurat
d) Artikulasi – memberikan sentuhan seni dengan menggabungkan
beberapa hal yang hasilnya sebuah harmoni.
e) Naturalisasi – gerakan yang berkualitas menjadi bagian dari
dirinya yang ketika dilakukan terjadi secara reflek.
4. Aspek penilaian dalam kasus menurut Leighbody dan Kidd
dalam bukunya Ismet Basuki dan Hariyanto menjelaskan bahwa penilaian hasil
belajar psikomotor meliputi:
-
Kemampuan
menggunakan alat dan sikap kerja
“Segera
perawat melakukan tindakan keperawatan. Yang pertama dilakukannya adalah
melihat kondisi pasien dan meminta pasien untuk berbaring pada bed kemudian
perawat mulai membersihkan darah yang ada sekitar hidung pasien.”
“Sembari
membersihkan perdarahan perawat bertanya kenapa bisa terjadi dan apakah merasa
sakit kepala.”
“Setelah
membersihkan dan menghentikan perdarahan
perawat mengukur tekanan darah pasien dan didapatkan hasil yang normal.”
“Perawat
menawarkan pada pasien ingin melakukan pemeriksaan lebih lanjut atau berobat
mandiri “
“Perawat
memberikan edukasi untuk melakukan kompres hangat dan datang ke dokter jika
masih ada keluhan.”
-
Kemampuan
mengenalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pekerjaan
“Sembari
membersihkan perdarahan perawat bertanya kenapa bisa terjadi dan apakah merasa
sakit kepala.”
-
Kecepatan
mengerjakan tugas
Tidak
dijelaskan
-
Keserasian bentuk
dengan yang diharapkan dan atau kreteria yang telah ditentukkan
Tidak
dijelaskan
5.
Tidak muncul
gangguan psikomotor pada perawat.
BAB 5
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Ranah
psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu.Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang
menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan
(skill) dan kemampuan bertindak individu.Hasil belajar psikomotor ini
sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu)
dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk
kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku). Hasl belajar kognitif dan hasil
belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotorik apabila peserta didik
telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang
terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya.
Faktor keterampilan psikomotor
secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut; 1) Mengindera, 2)
Menyiagakan diri, 3) Bertindak secara terpimpin, 4) Bertindak secara mekanik,
dan 5) Bertindak secara kompleks. Di dalamnya tercakup semua tindakan keahlian
dari berbagai bidang profesi. Ciri khas dari orang yang mampu bertindak secara
kompleks adalah mampu menyusun mekanisme kerja sesuai dengan situasi dan
kondisi yang dihadapinya dan mampu menciptakan teknologi baru.
Tahapan
ranah Psikomotor menurut Simpson yaitu;
1.Persepsi (perception), 2.Kesiapan (set),
3.Gerakan terbimbing (guided response), 4.Gerakan
terbiasa (mechanical response), 5.Gerakan yang kompleks (complex response), 5.Penyesuaian pola
gerakan (adjustment), 6.Kreativitas (cretavity). Taksonomi Dave’s terdiri dari lima
kategori dari yang tingkat pemula
ke yang paling piawai seperti yang nampak
dalam piramida disamping. Kelima
kategori tersebut
adalah sebagai berikut; 1)Imitasi, 2)Manipulasi, 3)Presisi, 4)Artikulasi, dan 5)Naturalisasi.
Ada banyak macam gangguan
psikomotor, salah satunya adalah keterlambatan. Kelambatan yaitu secara umum gerakan dan reaksi menjadi lambat seperti hiponikesa,
hipoaktivitas, (sub-) stupor katatonik yaitu reaksi terhadap lingkungan sangat
berkurang gerakan dan aktivitas menjadi sangat lambat,sehingga kelihatan
seperti pasien sama sekali tidak memperhatikan lingkungannya, selanjutnya
katalepsi, flexibilitas serea adalah mempertahankan posisi badan yang dibuat
padanya oleh orang lain.
Psikomotor
itu ialah gerakan badan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa. Jadi, merupakan
efek bersama yang mengenai badan dan jiwa. Ranah
psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Tahapan psikomotor ialah persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan
terbiasa, gerakan yang kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.
Aspek-aspek penilaian psikomotor yaitu : Kemampuan
menggunakan alat dan sikap kerja , kemampuan mengenalisis suatu pekerjaan dan menyusun
urut-urutan pekerjaan, kecepatan mengerjakan tugas,
keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau kreteria
yang telah ditentukkan.
5.2
Saran
5.2.1
Bagi Perawat
Setelah membaca makalah ini, diharapkan
perawat dapat mengetahui bagaimana psikomotor
perilaku klien karena berhubungan dengan proses
penyembuhan maka harus dilakukan tindakan yang tepat untuk masalah klien.
5.2.2 Bagi
Pasien dan Keluarga
Setelah membaca makalah ini, diharapkan
pasien dan keluarga dapat mengetahui tentang
psikomotor, tahapan psikomotor, dan gangguan psikomotor.
5.2.3 Bagi
Dunia Pendidikan
Setelah membaca makalah in, diharapkan
dapat menambah pengetahuan dan wawasan, serta mampu mengetahui tentang psikomotor dan gangguannya..
5.2.4 Bagi
Penulis Selanjutnya
Setelah membaca makalah ini, diharapkan
dapat menambah pengetahuan dan wawasan, serta dapat dijadikan media pembanding
serta referensi dalam penulisan karya tulis ilmiah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, I., & Hariyanto. (2014). Asesmen Pembelajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Haryati, M. (2007). Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Gaung Persada Press.
Maramis, W. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya:
Airlangga University Press.
Sudijono, A. (2013). Pengantar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Komentar
Posting Komentar