KONSEP TEORI PSIKOMOTORIK

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Dalam pembelajaran harus ada target yang harus dicapai. Menentukan tujuan pembelajaran itu menjadi sangat penting bagaikan anak panah lepas dari busurnya mencari papan target itu tujuan utamanya. Tapi terkadang tujuan dan target biasanya tidak sesuai dengan apa yang sudah diharapkan maka dari itu seorang guru harus mengevaluasi pembelajaran yang sudah ada di dalam kelas maupun diluar. Oleh sebab itulah dalam proses pembelajaran, evaluasi menjadi kajian yang sangat penting.
Proses pembelajaran menetukan apakah pendidikan tercapai atau tidak. Dan hanya dengan evaluasi yang baik tujuan pendidikan dan pembelajaran dapat diketahui hasilnya.Tujuan dan evaluasi pendidikan di tanah air sekarang ini, biasanya mengikuti taksonomi atau ranah yang dikembangkan oleh B.S.Bloom. Menurut taksonomi tersebut, tujuan pendidikan diklasifikasikan kedalam tiga ranah, yaitu: Kognitif (Pengetahuan), Afektif (Sikap), dan Psikomotor (Keterampilan).
Namun realitasnya, pendidikan di tanah air terjebak pada ranah kognttif baik dalam tujuan, proses pembelajaran maupun evaluasinya. Hal ini mungkin disebabkan oleh lemahnya pemahaman terhadap ranah afektif dan psikomotor, disamping pengembangan alat ukur dan pengukuran terhadap hasil belajar dalam kedua ranah tersebut yang lebih rumit dan sulit dibandingkan dengan yang ada pada ranah kognitif. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas tentang salah satu dari ranah tersebut, yaitu pengukuran ranah psikomotor.

1.2         Rumusan Masalah
1.2.1   Apa pengertian dari psikomotor?
1.2.2   Apa faktor yang mempengaruhi psikomotor?
1.2.3   Bagaimana tahapan dalam psikomotor?
1.2.4   Apa aspek penilaian psikomotor?
1.2.5   Apa saja gangguan psikomotor?

1.3         Tujuan
1.3.1   Untuk mengetahui pengertian dari psikomotor
1.3.2   Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi psikomotor
1.3.3   Untuk mengetahui bagaimana tahapan dalam psikomotor
1.3.4   Untuk mengetahui aspek penilaian psikomotor
1.3.5   Untuk mengetahui gangguan-gangguan psikomotor
1.4         Manfaat
1.4.1   Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan, serta mengaktualisasikan pada proses menjadi perawat professional yang memahami tentang perilaku manusia khususnya tentang psikomotor.
1.4.2   Bagi Perawat
Diharapkan perawat dapat mengetahui bagaimana  psikomotor perilaku klien karena berhubungan dengan proses penyembuhan maka harus dilakukan tindakan yang tepat untuk masalah klien.
1.4.3  Bagi Pasien dan Keluarga
Diharapkan pasien dan keluarga dapat memahami tentang psikomotor perilaku manusia, tahapan-tahapan psikomotor, dan gangguan psikomotor.
1.4.4  Bagi Dunia Pendidikan
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan, serta mampu mengetahui tentang psikomotor.
1.4.5  Bagi Penulis Selanjutnya
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan, serta dapat dijadikan media pembanding serta referensi dalam penulisan karya tulis ilmiah selanjutnya.







BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1         Pengertian Psikomotor
Menurut Simson (1972) kemampuan psikomotor termasuk gerakan, koordinasi dan keterampilan fisik. Perkembangan kemampuan tersebut membutuhkan latihan berulang. Menurut Dick and Carey (2005) sebuah kegiatan dapat digolongkan sebagai psikomotorik apabila eksekusinya menggunakan gerakan otot tanpa atau menggunakan peralatan. Kemampuan psikomotorik diukur dalam besaran kecapatan, akurasi (ketepatan), jarak, kekuatan dan kelenturan dalam melakukan gerakan sesuai dengan prosedur atau teknik pelaksanaan. Kegiatan yang termasuk kemampuan psikomotorik diantaranya: keterampilan menggunakan peralatan laboratorium IPA, kursus keterampilan vokasional sepertimenjahit, mengukir, membuat gerabah dan sebagainya; pendidikan olah raga, gerakan beribadah, latihan menggnakan peralatan seperti computer, kamera, alat musik dan seni pertinjukkan seperti menari, melukis dan sejenisnya.
Psikomotor itu ialah gerakan badan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa. Jadi, merupakan efek bersama yang mengenai badan dan jiwa. Juga dinamakan konasi “conation”, perilaku motorik atau aspek motorik dari pada perilaku gerakan reflek, seperti reflek lutut dan reflek pupil tidak termasuk dalam pembahasan ini.
Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku). Hasl belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotorik apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya.

2.2         Faktor yang Mempengaruhi Psikomotor
Faktor keterampilan psikomotor secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.      Mengindera à Kegiatan keterampilan psikomotor yang dilakukan dengan alat-alat indera.
2.      Menyiagakan diri àMengatur kesiapan diri sebelum melakukan sesuatu tindakan dalam rangka mencapai suatu tujuan.
3.      Bertindak secara terpimpin à Melakukan tindakan-tindakan dengan mengikuti prosedur tertentu.
4.      Bertindak secara mekanik à Bertindak mengikuti prosedur baku.
5.      Bertindak secara kompleks à Bertindak secara teknologi yang didukung oleh kompetensi. Di dalamnya tercakup semua tindakan keahlian dari berbagai bidang profesi. Ciri khas dari orang yang mampu bertindak secara kompleks adalah mampu menyusun mekanisme kerja sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya dan mampu menciptakan teknologi baru.
2.3         Tahapan Psikomotor
Tahapan ranah Psikomotor menurut Simpson yaitu:
1)             Persepsi (perception)
Mencakup kemampuan untuk mengadakan disikriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara cirri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan, yang dinyatakan dengan adanya suatu reaksi ynag menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan dan perbedaan antara rangsangan-rangsangan yang ada.
2)             Kesiapan (set)
Mencakup kemampuan untuk menempatkan diri dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan, yang dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.
3)             Gerakan terbimbing (guided response)
Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian kerak-gerik, yang dinyatakan dengan menggerakkan anggota tubuh menurut contoh yang telah diberikan.
4)             Gerakan terbiasa (mechanical response)
Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan, karena ia sudah mendapatkan latihan yang cukup, yang dinyatakan dengan menggerakkan anggota tubuh.
5)             Gerakan yang kompleks (complex response)
Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri dari atas berbagai komponen dengan lancar, tepat, dan efisien yang dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutan, serta menggabungkan beberapa sub keterampilan menjadi suatu keseluruhan gerakan yang teratur.
6)             Penyesuaian pola gerakan (adjustment)
Mencakup kemampuan untuk mmengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengahn kondisi setempat atau menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.
7)             Kreativitas (cretavity)
Mencakup kemampuan untuk melahirkan pola gerak-gerik yang baru, yang dilakukan atas prakarsa atau inisiatif sendiri. Hanya orang yang berketarmpilan tinggi dan berani berpikir kreatif akan mampu mencapai tingkat kesempurnaan ini.
Ada beberapa taksonomi kemampuan psikomotorik. Diantaranya yang disusun oleh Simson tahun 1972, Anita Harrow tahun 1972 dan HR. Dave’s tahun 1975. Dari ketiga taksonomi tersebut yang paling sesuai untuk desain pembelajaran anak-anak adalah taksonomi dari HR. Dave.
Hasil gambar untuk klasifikasi psikomotor
Taksonomi Dave’s terdiri dari lima kategori dari yang tingkat pemula ke yang paling piawai seperti yang nampak dalam piramida disamping. Penjelasan singkat dan kata kuci dari kelimta kelima kategori tersbut adalah sebagai berikut.
  1. Imitasi – meniru gerakan yang dilakukan oleh orang lain. Contoh: peserta didik meniru gerakan menendang bola gurunya.
  2. Manipulasi – melakukan gerakan berbeda dengan yang diajarkan. Contoh: peserta didik melakukan gerakan menendang bola dengan gaya sendiri, tidak lagi persis yang dicontohkan.
  3. Presisi – melakukan gerakan yang tepa atau akurat. Contoh: peserta didik menendang bola lebih terarah dan tepat sasaran.
  4. Artikulasi – memberikan sentuhan seni dengan menggabungkan beberapa hal yang hasilnya sebuah harmoni. Contoh: peserta didik menendang bola indah dengan gerakan melengkung (gerakan pisang).
  5. Naturalisasi – gerakan yang berkualitas menjadi bagian dari dirinya yang ketika dilakukan terjadi secara reflek. Contoh: peserta didik nampak sudah biasa menendang bola secara terarah, akurat dan indah sepeti layaknya seorang pesepak bola bertarap professional.
2.4          Aspek-Aspek Penilaian Psikomotor
Leighbody dan Kidd dalam bukunya Ismet Basuki dan Hariyanto menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar psikomotor meliputi:
a.       Kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja
b.      Kemampuan mengenalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pekerjaan
c.       Kecepatan mengerjakan tugas
d.      Keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau kreteria yang telah ditentukkan
Dalam hal ini Ryan (1980) dengan penekatan kepada kapan penilaian kapan dilaksanakan, menjelaskan bahwa hasil belajar psikomotor dapat diukur melalui:
a.       Pengamatan langsung dan penilaian  tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung.
b.      Sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan cara memberikan tes kepada pesertadidik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
c.       Memberikan penilaian kepada peserta didik beberapa waktu berselang setelah pembelajaran usai.

2.5         Gangguan Psikomotor
Menurut Maramis (2005), gangguan-gangguan psikomotor beserta penjelasannya antara lain :
1.             Kelambatan : secara umum gerakan dan reaksi menjadi lambat
-          Hiponikesa, hipoaktivitas :gerakan atau aktivitas berkurang.
-          (sub-) stupor katatonik : reaksi terhadap lingkungan sangat berkurang gerakan dan aktivitas menjadi sangat lambat,sehingga kelihatan seperti pasien sama sekali tidak memperhatikan lingkungannya.
-          Katalepsi : mempertahankan secara kaku posisi badan tertentu, bila hendak diubah oleh orang lain.
-          Flexibilitas serea : mempertahankan posisi badan yang dibuat padanya oleh orang lain.
2.             Peningkatan : aktivitas dan reaksi umum meningkat
-          Hiperkinesa, hiperaktivitas : pergerakan atau aktivitas yang berlebihan.
-          Gaduh-gelisah katatonik : aktivitas motorik yang kelihatannya tidak bertujuan, yang berkali-Kali dan seakan-akan tidak dipengaruhi oleh rangsang luar.
3.             Tik “tic” : gerakan involunter, sekejap serta berkali-kali mengenai sekelompok otot atau bagian badan yang relative kecil.
4.             Bersikap aneh : dengan sengaja mengambil sikap atau posisi badan yang tidak wajar, yang aneh atau bizar.
5.             Grimas : mimic yang aneh yang berulang-ulang.
6.             Stereotipi : gerakan salah satu anggota badan yang berkali-kali dan tidak bertujuan.
7.             Pelagakan “mannerism” : pergerakan atau lagak yang stereotip dan teatral seperti sedang bermain sandiwara.
8.             Ekhopraxia : lansung meniru pergerakan orang lain pada saat dilihatnya.
9.             Echolalia : langsung mengulangi atau meniru apa yang dikatakan orang lain.
10.         Otomatisma perintah “command automatism” : menuruti sebuah perintah secara otomatis tanpa memikir dahulu.
11.         Otomatisma : berbuat sesuatu secara otomatis sebagai pernyataan (expresi) simbolik aktivitas tak sadar.
12.         Negativism : menentang nasehat atau permintaan orang lain atau melakukan yang berlawanan dengan itu.
13.         Kataplexsia : tonus otot menghilang dengan mendadak dan sejenak, yang timbul kelemahan umum dengan atau tanpa penurunan  kesadaran, yang dengan disebabkan oleh berbagai keadaan emosi.
14.         Gangguan somatomotorik pada reaksi konversi : sering mengambarkan secara simbolik suatu konflik emosional dan dapat berupa :
-          Kelumpuhan
-          Pergerakan yang abnormal, umpamanya : tremor, tik (‘’tic’’), kejang kejang atau atau ataxia
-          Astasia-abasia : tidak dapat duduk, berdiri dan berjalan
15.         Verbigerasi : berkali-kali mengucapkan sebuah kata yang sama. Umpamanya ‘’ saya mau makan, makan ,makan, dan seterusnya . . . .’’, atau ‘’ kemarin, kemaren, kemaren, dan seterusnya.... saya datang ‘’.
16.         Berjalan : tidak tegap, kaku (‘’rigid’’) atau lambat
17.         Gangguan motorik (yang sebenarnya bukan merupakan gangguan psikomotor) yang mungkin sekali disebabkan oleh : pemakaian obat (umpamanya : tremor, hipokinesa, diskinesia, akatisia, karena neroleptika) gangguan ortopedik atau gangguan nerologik.
18.         Kompulsi : suatu dorongan yang mendesak berkali-kali, biarpun tidak disukai, agar berbuat sesuatu yang bertentangan dengan keinginannya sehari-hari atau dengan kebiasaan serta norma-norma. Kompulsi itu mungkin terjadi karena fobi (misalnya : bakteriofobi mengakibatkan kompulsi cuci-cuci tangan) atau karena (obsesi   barangnya hilang dapat mengakibtkan kompulsi buka-buka lemari untuk melihat kalau barangnya masih ada). Di antara bermacam-macam kompulsi itu terdapat :
-          Dipsomania                 : dorongan agar minum air
-          Egomania                    : preokupasi dengan diri sendiri
-          Erotomania                  : preokupasi dengan hal-hal sexual
-          Kleptomania                : dorongan agar mencuri
-          Megalomania               : dorongan agar mencari kekuasaan
-          Monomania                 : preokupsi dengan sebuah subyek
-          Nimfomania                : dorongan bersanggama pada kaum wanita
-          Satiriasis                      : dorongan bersanggama pada kaum pria
-          Trikhotilomania           : dorongan mencabut-cabut rambutnya
-          Ritualistik                    : dorongan bertingkat-laku upacara
Atau kompulsi lain, umpamannya : mencuci-cuci tangannya atau mandi berjam-jam lamanya, memungut-mungut tetek-bengek di lantai (potongan kain, kertas, dan sebagainnya), berulang-ulang menghitung uangnya, memeriksa jedela/pintu, melihat beberapa kali apakah sepucuk surat yang telah ditulisnya sudah ditandatangani olehnya, sehingga sampulnya dibuka-ditutupi berulang-ulang : memegang-mengang serta menyentuh-nyentuh sebuah meja : menyuruh anaknya memberi hormat kepadanya sebanyak 10 kali tepat, dan sebagainnya, dan sebagainnya.
19.         Gagap : berbicara dengan terhenti-henti karena spasme otot-otot untuk bicara, mulai dari berbicara sangat ragu-ragu sampai dengan berbicara explosif.
Seorang penderita mania dapat berbicara, berjaln, menyanyi atau melakukan apa saja tanpa mengenal lelah. Pada depresi dengan agitasi, maka penderita itu mungkin tak putus-putusnya menangis, mondar mandir atau meremas-remas tangannya. Pada gaduh- gelisah katatonik, pasien itu mungkin sangat gelisah, berbicara banyak lagi keras tak berhenti-henti.


BAB 3
CONTOH KASUS

Seorang pasien korban kecelakaan datang ke rumah sakit. Pasien mengalami perdarahan pada hidung namun kesadaran tetap penuh. Segera perawat melakukan tindakan keperawatan. Yang pertama dilakukannya adalah melihat kondisi pasien dan meminta pasien untuk berbaring pada bed kemudian perawat mulai membersihkan darah yang ada sekitar hidung pasien. Sembari membersihkan perdarahan perawat bertanya kenapa bisa terjadi dan apakah merasa sakit kepala. Pasien mengatakan hidungnya terbentur palang pintu dan pasien tidak merasa sakit kepala, setelah membersihkan  dan menghentikan perdarahan perawat mengukur tekanan darah pasien dan didapatkan hasil yang normal. Perawat menawarkan pada pasien ingin melakukan pemeriksaan lebih lanjut atau berobat mandiri dirumah dan pasien memutuskan untuk berobat mandiri di rumah. Karena pasien memutuskan perawatan mandiri, perawat memberikan edukasi untuk melakukan kompres hangat dan datang ke dokter jika masih ada keluhan.


BAB 4
PEMBAHASAN

Pembahasan berfokus pada perawat.
1.      Sesuai pengertian psikomotor yaitu gerakan, koordinasi dan keterampilan fisik, dalam kasus tersebut terlihat ketika perawat melakukan tindakan keperawatan. “Yang pertama dilakukannya adalah melihat kondisi pasien dan meminta pasien untuk berbaring pada bed kemudian perawat mulai membersihkan darah yang ada sekitar hidung pasien.”
Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku).
2.      Faktor yang mempengaruhi psikomotor pada kasus tersebut meliputi :
-          Mengindera àYang pertama dilakukannya adalah melihat kondisi pasien”
-          Menyiagakan diri à “Segera perawat melakukan tindakan keperawatan”
-          Bertindak secara terpimpin à Perawat menawarkan pada pasien ingin melakukan pemeriksaan lebih lanjut atau berobat mandiri”
-          Bertindak secara mekanik àmeminta pasien untuk berbaring pada bed kemudian perawat mulai membersihkan darah yang ada sekitar hidung pasien.” “setelah membersihkan  dan menghentikan perdarahan perawat mengukur tekanan darah pasien”
-          Bertindak secara kompleks à terlihat keahlian perawat dalam melakukan tindakan keperawatan pada kasus tersebut. Mulai saat penanganan pertama sampai memberikan edukasi pada pasien.
3.      Tahapan psikomotor yang sudah dimiliki perawat menurut Taksonomi Dave’s sudah masuk pada tahap yang paling bawah yaitu sudah bertaraf profesional
a)      Imitasi
b)      Manipulasimampu melakukan tindakan mandiri
c)      Presisi – melakukan gerakan yang tepat atau akurat
d)     Artikulasi – memberikan sentuhan seni dengan menggabungkan beberapa hal yang hasilnya sebuah harmoni.
e)      Naturalisasi – gerakan yang berkualitas menjadi bagian dari dirinya yang ketika dilakukan terjadi secara reflek.
4.      Aspek penilaian dalam kasus menurut Leighbody dan Kidd dalam bukunya Ismet Basuki dan Hariyanto menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar psikomotor meliputi:
-          Kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja
“Segera perawat melakukan tindakan keperawatan. Yang pertama dilakukannya adalah melihat kondisi pasien dan meminta pasien untuk berbaring pada bed kemudian perawat mulai membersihkan darah yang ada sekitar hidung pasien.”
“Sembari membersihkan perdarahan perawat bertanya kenapa bisa terjadi dan apakah merasa sakit kepala.”
“Setelah membersihkan  dan menghentikan perdarahan perawat mengukur tekanan darah pasien dan didapatkan hasil yang normal.”
“Perawat menawarkan pada pasien ingin melakukan pemeriksaan lebih lanjut atau berobat mandiri “
“Perawat memberikan edukasi untuk melakukan kompres hangat dan datang ke dokter jika masih ada keluhan.”
-          Kemampuan mengenalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pekerjaan
“Sembari membersihkan perdarahan perawat bertanya kenapa bisa terjadi dan apakah merasa sakit kepala.”
-          Kecepatan mengerjakan tugas
Tidak dijelaskan
-          Keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau kreteria yang telah ditentukkan
Tidak dijelaskan
5.             Tidak muncul gangguan psikomotor pada perawat.


BAB 5
PENUTUP

5.1         Kesimpulan
Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku). Hasl belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotorik apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya.
Faktor keterampilan psikomotor secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut; 1) Mengindera, 2) Menyiagakan diri, 3) Bertindak secara terpimpin, 4) Bertindak secara mekanik, dan 5) Bertindak secara kompleks. Di dalamnya tercakup semua tindakan keahlian dari berbagai bidang profesi. Ciri khas dari orang yang mampu bertindak secara kompleks adalah mampu menyusun mekanisme kerja sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya dan mampu menciptakan teknologi baru.
Tahapan ranah Psikomotor menurut Simpson yaitu; 1.Persepsi (perception), 2.Kesiapan (set), 3.Gerakan terbimbing (guided response), 4.Gerakan terbiasa (mechanical response), 5.Gerakan yang kompleks (complex response), 5.Penyesuaian pola gerakan (adjustment), 6.Kreativitas (cretavity). Taksonomi Dave’s terdiri dari lima kategori dari yang tingkat pemula ke yang paling piawai seperti yang nampak dalam piramida disamping. Kelima kategori tersebut adalah sebagai berikut; 1)Imitasi, 2)Manipulasi, 3)Presisi, 4)Artikulasi, dan 5)Naturalisasi.
Ada banyak macam gangguan psikomotor, salah satunya adalah keterlambatan. Kelambatan yaitu secara umum gerakan dan reaksi menjadi lambat seperti hiponikesa, hipoaktivitas, (sub-) stupor katatonik yaitu reaksi terhadap lingkungan sangat berkurang gerakan dan aktivitas menjadi sangat lambat,sehingga kelihatan seperti pasien sama sekali tidak memperhatikan lingkungannya, selanjutnya katalepsi, flexibilitas serea adalah mempertahankan posisi badan yang dibuat padanya oleh orang lain.
Psikomotor itu ialah gerakan badan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa. Jadi, merupakan efek bersama yang mengenai badan dan jiwa. Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Tahapan psikomotor ialah persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan yang kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas. Aspek-aspek penilaian psikomotor yaitu : Kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja , kemampuan mengenalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pekerjaan, kecepatan mengerjakan tugas, keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau kreteria yang telah ditentukkan.
5.2         Saran
5.2.1   Bagi Perawat
Setelah membaca makalah ini, diharapkan perawat dapat mengetahui bagaimana psikomotor perilaku klien karena berhubungan dengan proses penyembuhan maka harus dilakukan tindakan yang tepat untuk masalah klien.
5.2.2   Bagi Pasien dan Keluarga
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pasien dan keluarga dapat mengetahui tentang psikomotor, tahapan psikomotor, dan gangguan psikomotor.
5.2.3   Bagi Dunia Pendidikan
Setelah membaca makalah in, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan, serta mampu mengetahui tentang psikomotor dan gangguannya..
5.2.4   Bagi Penulis Selanjutnya
Setelah membaca makalah ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan, serta dapat dijadikan media pembanding serta referensi dalam penulisan karya tulis ilmiah selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA
Basuki, I., & Hariyanto. (2014). Asesmen Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Haryati, M. (2007). Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.
Maramis, W. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.
Sudijono, A. (2013). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PENCERNAAN PADA ANAK

Konsep teori dan askep Ketoasidosis Diabetikum (KAD) dan Hiperosmolar Hiperglikemik NonKetotik (HHNK)

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES INSIPIDUS