ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES INSIPIDUS
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes insipidus
dijelaskan pertama kali pada abad -18. Kelainan ini di tandai dengan rasa haus
yang hebat meskipun mendapat banyak asupan cairan (polidipsi) dan berkemih
berlebihan (poliuri). Hal ini terjadi karena tubuh tidak cukup menghasilkan anti- diuretic hormone (ADH) / argininevasoprenin (AVP), atau karena
ginjal tidak dapat merespons hormon tersebut Diabetes insipidus juga dapat terjadi saat kehamilan
(diabetes insipidus gestasional), namun sangat jarang (kusmana, 2016).
Kejadian
diabetes insipidus diperkirakan 1 dari kasus tiap 25.000 populasi. Penyebab
utama adalah tindakan bedah saraf, tumor, trauma kepala, lesi infiltratif dan
malforasi (sentral). Di Indonesia belum ada laporan angka kejadian diabetes
insipidus. Gangguan tersebut dapat terjadi pada seluruh rentang usia, dengan
onset terutama pada usia 10 -20 tahun dengan angka kejadian sama antara laki –
laki dan perempuan (kusmana, 2016).
Jumlah penderita diabetes insipidus diperkirakan akan mengalami kenaikan jumlah penderita yang sangat signifikan. Dalam
rangka mengantisipasi ledakan jumlah penderita diabetes insipidus, maka upaya
yang paling tepat adalah melakukan pencegahan salah satunya dengan mengatur
pola makan dan gaya hidup dengan yang lebih baik. Dalam hal ini peran profesi
dokter, perawat, dan ahli gizi sangat ditantang untuk menekan jumlah penderita
diabetes melitus baik yang sudah terdiagnosis maupun yang belum. Selain itu
dalam hal ini peran perawat sangat penting yaitu harus selalu mengkaji setiap
respon klinis yang ditimbulkan oleh penderita diabetes insipidus untuk
menentukan Asuhan Keperawatan yang tepat untuk penderita Diabetes Insipidus.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah konsep teori dari diabetes
insipidus?
2. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan
pada pasien diabetes insipidus?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar
penyakit Diabetes Insipidus
2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan
pada pasien dengan penyakit Diabetes Insipidus
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan timbul dari pembuatan makalah
ini,diantaranya adalah :
1.
Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan,
serta dapat mengaktualisasikannya.
2.
Bagi Pembaca
Diharapkan
dapat menambah wawasan dan pengetahuan.
3.
Bagi Penulis Selanjutnya
Diharapkan
dapat menambah pengetahuan dan wawasan, serta dapat dijadikan media pembanding
serta referensi dalam penulisan karya tulis ilmiah selanjutnya.
BAB 2
KONSEP TEORI
2.1 Definisi
Diabetes insipidus terjadi sebagai
akibat dari defisiensi vasopresin dalam sirkulasi (hormon antidiuretik atau
ADH) atau karena resistensi ginjal terhadap hormon ini. Di tandai oleh masukan
cairan yang berlebihan dan poliuria hipotonik (Lyndon,
2014).
Diabetes insipidus di artikan sebagai
gangguan pada metabolisme air, terjadi karena defisiensi hormon vasopresin
(yang juga dinamakan antidiuretic hormone
[ADH] atau hormon antidiuretik) yang beredar di dalam darah (Kowalak, 2011)
Diabetes insipidus adalah penyakit yang ditandai
oleh penurunan produksi, sekresi, atau fungsi ADH. Istilah diabetes insipidus
berhubungan dengan kuantitas dan kualitas urine : penyakit berkaitan dengan
jumlah urine yang banyak, keruh atau tawar
(Crowin, 2009).
2.2 Klasifikasi
Menurut
Kowalak (2011), berdasarkan penyebabnya diabetes insipidus dibagi menjadi 3,
meliputi :
1. Diabetes
insipidus neurogenik
2. Diabetes
insipidus nefrogenik
3. Diabetes
insipidus psikogenik
2.3 Etiologi
Menurut
Kowalak (211), penyebab dari diabetes insipidus meliputi :
1.
Gangguan yang didapat (akuisita),
familial, idiopatik, neurogenik atau nefrogenik
2.
Berkaitan dengan stroke, tumor
hipotalamus atau hipofisis dan trauma atau pembedahan kranial (diabetes
insipidus neurogenik)
3.
Galur terkait- X resesif atau gagal
ginjal stadium terminal (end- stage renal
failure) (diabetes insipidus nefrogenik yang lebih jarang terjadi)
4.
Obat- obat tertentu, seperti litium
(Duralith), fenitonin (Dilantin), atau
alkohol (diabetes insipidus transien).
2.4 Manifestasi Klinis
Menurut Kowalak (2011), tanda dan gejala
diabetes insipidus meliputi :
1. Polisipsia
(tanda utama) – asupan cairan 5 hingga 20 L/hari
2. Poliuria
(tanda utama) – haluaran urine yang encer sebanyak 2 hingga 20 L dalam periode
24 jam
3. Nokturia
yang menimbulkan gangguan tidur dan rasa lelah
4. Berat
jenis urine yang rendah – kurang dari 1,006
5. Demam
6. Perubahan
tingkat kesadaran
7. Hipotensi
8. Takikardia
9. Sakit
kepala dan gangguan penglihatan akibat gangguan elektrolit dan dehidrasi
10. Rasa
penuh pada abdomen, anoreksia dan penurunan berat badan akibat konsumsi cairan
yang hampir terus- menerus.
2.5 Patofisiologi
Menurut kowalak (2011) Diabetes
insipidus berhubungan dengan insufisiensi ADH yang menimbulkan poliuria dan
polidipsia. Ada tiga bentuk diabetes insipidus, yaitu : neurogenik, nefrogenik
dan psikogenik.
Diabetes insipidus neurogenik atau
sentral merupakan respon ADH yang tidak adekuat terhadap osmolaritas plasma dan
terjadi ketika terdapat lesi organik pada hipotalamus, pedikulus
infundibularis, atau hipofisis posterior yang secara parsial atau total
menyekat sintesis, transportasi, atau pelepasan ADH. Ada banyak lesi organic yang dapat menyebabkan diabetes
insipidus, meliputi : tumor otak, hifofisektomi, aneurisma trombosis, fkraktur
kranium, infeksi, serta gangguan imunologi. Diabetes insipidus neurogenik
memiliki awitan yang akut. Pada keadaan ini dapat terjadi sindrom tiga- fase,
meliputi :
·
Kehilangan progresif jaringan saraf dan
peningkatan diuresis
·
Diuresis normal
·
Poliuria dan polidipsia yang merupakan
manifestasi gangguan permanen pada kemampuan menyekresi ADH dengan jumlah yang
memadai
Diabetes insipidus nefrogenik disebabkan
oleh respon renal yang tidak adekuat terhadap ADH. Permeabilitas duktus
pengumpulan terhadap air sebagai respons terhadap ADH tidak meningkat. Diabetes
insipidus nefrogenik umumnya berhubungan dengan gangguan dan obat- obatan yang
merusak tubulus renal atau yang menghambat pembentukan cAMP (cyclic adenosine monophosphate) dalam
tubulus tersebut sehingga aktivitas second
messenger tidak terjadi. Gangguan yang menyebabkan diabetes insipidus
nefrogenik, meliputi : pielonefritis, amiloidosis, uropati detruktif, penyakit
polikistik dan penyakit ginjal intrinsik. Obat- obat yang menyebabkan kondisi
ini meliputi : litium (Eskalith), obat anestesi umum seperti metoksifluran dan
demekloslikin (Declomycin). Di samping itu, hipokalemia atau hiperkalsemia akan
menganggu respons ginjal terhadap ADH. Bentuk genetik diabetes insipidus
nefrogenik adalah galur resesif yang berhubungan dengan kromosom X (X- linked recessive trail).
Diabetes insipidus psikogenik disebabkan
oleh asupan cairan yang ekstrem dan mungkin bersifat idiopatik atau berhubungan
dengan psikosis ataupun sarkoidosis. Polidipsia dan poliuria yang di akibatkan
akan mengeluarkan ADH lebih cepat daripada ADH yang dapat di gantikan. Poliuria
kronis dapat mempengaruhi gradien konsentrasi pada medula renal sehingga pasien
kehilangan kemampuan secara total atau parsial untuk memekatkan urine.
Terlepas penyebabnya, jumlah ADH yang tidak
mencukupi akan segera menimbulkan ekskresi urine yang encer dengan jumlah besar
dan akibatnya terjadi hiperosmolalitas plasma. Pada pasien yang sadar, akan
terjadi stimulasi mekanisme rasa haus biasanya terhadap air dingin. Pada
defisiensi ADH yang berat, haluaran urine dapat melebihi 12 L/ hari dengan
berat jenis yang rendah. Dehidrasi terjadi dengan cepat jika cairan yang hilang
tidak diganti.
2.6 Pathway
2.1 Penatalaksanaan
Menurut kowalak (2011), Sebelum penyebab
diabetes insipidus dapat dikenali dan diatasi, kita dapat memberikan dahulu
preparat vasopresin (Pitressin) untuk mengendalikan keseimbangan cairan dan
mencegah dehidrasi. Obat- obatan yang diberikan meliputi :
1.
Hidroklorotiazid dengan suplemen kalium
untuk diabetes insipidus sentral dan nefrogenik
2.
Preparat akueus vasopresin yang di
suntikan subkutan beberapa kali sehari dan bekerja efektif hanya selama dua
hingga enam jam (digunakan sebagai preparat diagnostik dan kadang- kadang pada
penyakit yang akut)
3.
Desmopresin asetat (DDAVP) yang dapat
berikan peroral, melalui semprot nasal agar obat tersebut diabsorpsi melalui
membran mukosa atau suntikan subuktan atau intravena, yang akan berkerja
efektif selama 8 hingga 20 jam menurut besarnya takaran yang di berikan
4.
Klorpropamid (Diabinese) untuk
mengurangi rasa haus pada pasien dengan hipernatremia yang berkelanjutan.
2.2 Pemeriksaan Penunjang
Menurut
Kowalak (2011), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui
penyakit ini, meliputi :
1. Hasil
urinalisis yang memperlihatkan urine yang hampir tidak berwarna dengan
osmolaritas rendah (50 hingga 200 mOsm/kg yang lebih kecil daripada osmolaritas
plasma) dan berat jenis yang rendah (kurang dari 1.005).
2. Tes
eliminasi air untuk mengidentifikasi defisiensi vasopresin yang menyebabkan
ketidakmampuan ginjal dalam memkatkan urine.
2.3 Komplikasi
Komplikasi
diabetes insipidus menurut kowalak (2011), yang mungkin terjadi meliputi :
·
Pelebaran traktus urinarius
·
Dehidrasi berat
·
Syok dan gagal ginjal jika dehidrasi
berat
BAB 3
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Konsep Pengkajian
3.1.1 Identitas
Pasien
1. Umur
: dapat terjadi pada seluruh rentang
usia, dengan onset terutama pada
usia 10-20 tahun, penyebab belum
diketahui namun ada dugaan peranan autoimun
2. Jenis
kelamin : Angka kejadian sama antara laki-laki dan perempuan
3.1.2
Riwayat kesehatan
1.
Keluhan utama :
keluhan
utama biasanya pasien merasa haus dan pengeluaran air kemih yang berlebihan.
2.
Riwayat penyakit sekarang :
Kaji
perjalanan penyakit mulai dari awal muncul gejala sampai datang ke petugas
kesehatan. Apakah Pasien mengalami poliuria, polidipsia, nocturia, kelelahan dan dehidrasi
3.
Riwayat kesehatan dahulu :
Ditanyakan apakah pasien
pernah pernah mengalami Cidera otak, tumor, tuberculosis, aneurisma/penghambatan arteri menuju otak, hipotalamus mengalami kelainan fungsi dan menghasilkan
terlalu sedikit hormone antidiuretik, kelenjar hipofisa gagal melepaskan hormon antidiuretik
kedalam aliran darah, kerusakan
hipotalamus/kelenjar hipofisa akibat pembedahan dan beberapa bentuk ensefalitis, meningitis.
4.
Riwayat kesehatan keluarga :
Adakah penyakit yang diderita
oleh anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit pasien
sekarang, yaitu
riwayat keluarga dengan diabetes insipidus.
3.1.3 Pola
kesehatan fungsional
1.
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien
dengan diabetes insipidus sering mengalami ketidaktauan
tentang proses penyakitnya akibat kurangnya informasi dan jarangnya penyakit ini ditemukan
2.
Pola nutrisi dan metabolik
nafsu makan pasien
menurun yang dapat mengakibatkan Penurunan
berat badan hingga 20% dari berat badan ideal
3.
Pola eliminasi
kaji
frekuensi eliminasi urine dan karakteristik urine pasien.
Pasien
dengan diabetes insipidus mengalami poliuria
(sering kencing) dan mengeluh sering kencing pada
malam hari (nokturia) dengan warna urine bening hampir tidak berwarna
4.
Pola aktivitas dan latihan
kaji rasa
nyeri/nafas pendek saat aktivitas/latihan, keterbatasan
aktivitas sehari-hari (keluhan lemah, letih sulit bergerak)
dan penurunan
kekuatan otot
5.
Pola istirahat dan tidur
kaji pola
tidur pasien. Pasien dengan diabetes insipidus mengalami kencing terus menerus
saat malam hari sehingga pola tidur/istirahat pasien terganggu
6.
Pola persepsi sensori dan kognitif
Fungsi penglihatan dapat tergangggu akibat
gangguan elektrolit dan dehidrasi
7.
Pola hubungan dengan orang lain
kaji
pengaruh sakit yang diderita pasien terhadap pekerjaannya
dan keefektifan
hubungan pasien dengan orang terdekatnya.
8.
Pola reproduksi dan seksual
kaji dampak
sakit terhadap seksualitas dan perubahan perhatian terhadap aktivitas
seksualitas.
9.
Persepsi diri dan konsep diri
kaji/tanyakan
perasaan pasien tentang dirinya saat sedang mengalami sakit, dampak sakit
terhadap pasien dan keinginan pasien untuk merubah pola
hidup
10.
Pola mekanisme koping
kaji metode
kopping yang digunakan pasien untuk menghidari stress
dan system
pendukung dalam mengatasi stress
11.
Pola nilai dan kepercayaan
Mengkaji
bagaimana kegiatan agama dan kepercayaan
yang dijalankan pasien, adakah keyakinan / kebudayaan yang dianut
bertentangan dengan kesehatan dan pengobatan yang dialami.
3.1.4 Pemeriksaan
fisik
1. Keadaan
umum : lemah
2. Kesadaran : kompos mentis
3. Tanda
– Tanda Vital
- TD
: hipotensi
bila telah mengalami dehidrasi berat
- Nadi
: takikardi
bila telah mengalami dehidrasi sedang dan menurun bila dehidrasi semakin berat
- Suhu
: naik akibat adanya dehidrasi pada
bayi dapat disertai kejang
- RR : frekuensi
dan suara nafas normal dan naik bila dehidrasi sedang dan berat
4. Pemeriksaan
kepala dan leher
· Kepala
Bagaimana bentuk kepala, simetris atau
tidak, adakah luka atau nyeri tekan.
· Rambut
Warna, jenis, ketebalan dan kebersihan
·
Mata
Mata tampak cowong
dan konjungtiva tampak anemis akibat
dari dehidrasi
·
Hidung
Bagaimana
kebersihannya, adakah septum deviasi, adakah sekret, adakah epiktaksis, adakah
polip, adakah nafas cuping hidung.
·
Mulut
Keadaan
bibir kering dan pucat
·
Telinga
Bagaimana
kemampuan pendengaran, adakah nyeri, adakah secret telinga, adakah
pembengkakan, dan penggunaan alat bantu.
5.
Leher dan tenggorok
Adakah
benjolan pada leher, adakah nyeri waktu menelan, adakah benda asing, adakah
kripitasi, bagaimana keadaan vena jugularis, dan obstruksi jalan napas.
6.
Dada dan thorak
Adakah
kelainan Bentuk dada, pergerakan, kelainan yang ada, adanya luka, penggunaan
otot bantu pernapasan dan Inspeksi, perkusi, palpitasi dan auskultasi jantung
dan paru – paru.
7.
Abdomen
Bentuk
abdomen, adanya massa atau benjolan, frekuensi bising usus, dapat ditemukan nyeri tekan akibat nyeri
8.
Genital
Kebersihan
daerah genital, adanya luka, tanda infeksi, bila terpasang kateter kaji
kebersihan kateter dan adanya tanda
infeksi pada area pemasangan kateter, adanya hemoroid.
9.
Ekstremitas
Kaji
kemampuan gerak. Bila terpasang infus: kaji daerah tusukan infus, kaji tada
infeksi pada daerah tusukan infus, adanya nyeri tekan yang berlebihan pada
daerah tusukan infus.
10.
Kulit
Kemungkinan pasien mengalami kulit kering, pucat dan turgor kulit tidak elastis.
11.
Data Penghitungan Balance Cairan
Hari/Tanggal :
Input :
-
Minum :
______ ml (Normal: 2000 ml/hari)
-
Makan :
______ ml (Normal: 300 ml/hari)
-
Infus : ______ ml
-
Metabolisme :
______ ml (Normal: 5 ml/kgBB/hari)
TOTAL : ______ ml
Output :
-
Urin : ______ ml (Normal:1500 ml/kgBB/hari)
-
Feses : ______ ml (Normal:100 ml/hari)
-
Keringat : ______ ml (Normal:100 ml/hari)
-
IWL : ______ ml (Normal:200 ml/kgBB/hari)
-
Cairan NGT : ______ ml (Amati jumlah intake yang
saudara masukkan)
TOTAL : ______ ml
Balance (input – output):
Pasien
dengan diabetes insipidus mengalami kencing terus menerus sehingga biasa di
temukan ouput lebih besar dari pada
input
12.
Data penunjang
Ø Pemeriksaan
urinalisis
Jenis pemeriksaan
|
Normal
|
Hasil
|
osmolalitas
urin
|
300 – 400 mosm/L
|
150
mosm/L
|
Berat
jenis urine
|
1,015 – 1,025
|
1.010
|
3.2
Contoh
Analisa Data
No
|
Waktu
|
Data
|
Etiologi
|
masalah
|
TTD
|
1
|
10/03/2017
09.00
|
DS :
pasien merasa haus
yang berlebihan
DO :
- klien
sering berkemih
- intake= <2500 cc/hr,output= 3000 cc/hr,IWL = 500 cc/hr
- mata
cowong
- mata
anemis
- turgor
kulit buruk
- kulit
kering
- berat
badan turun 2 kg
|
Kegagalan sekresi ADH
↓
Osmolalitas urin ↓
↓
Merangsang haus (polidipsia)
↓
Ekskresi ↑
↓
Keseimbangan cairan
terganggu
↓
Asupan tidak adekuat
↓
Hipovolemia
↓
Kekurangan volume cairan
|
Kekurangan volume cairan
|
|
2
|
10/03/2017
09.00
|
DS :
Pasien mengatakan sering buang air terlebih di malam
hari
DO :
-
Poliuria sangat
encer(
3000cc/hr +IWL 500cc/hr)
-
berat jenis
urine 1.010
-
osmolalitas urin 150 mosmol/L
|
Produksi ADH↓
↓
Sintesis ADH tidak memenuhi
kebutuhan
↓
Produksi urin ↑
↓
Poliuria
↓
Perubahan Eliminasi Urin
|
Gangguan eliminasi urine
|
|
3
|
10/03/2017
09.00
|
DS :
klien mengungkapkan kurang
tahu tentang penyakitnya
DO:
Klien terlihat cemas dan
depresi yang mengakibatkan kesalahan informasi atau kekurangan informasi
|
Tidak ada riwayat diabetes
insipidus keluarga
↓
Minimnya informasi tentang
pengobatan
↓
Tidak menjalankan instruksi
dengan adekuat
↓
Kurang pengetahuan
|
Kurang pengetahuan
|
|
3.1 Diagnosa Keperwatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien diabetes
insipidus adalah :
1.
Kurangnya volume cairan b/d ekskresi
yang meningkat dan intake cairan yang tidak adekuat
2.
Gangguan eliminasi urine b/d penurunan
produksi ADH
3.
Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai
proses penyakit
3.2
Rencana
Keperawatan
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
NOC
|
NIC
|
1
|
Kurangnya
volume cairan b/d ekskresi yang meningkat dan intake cairan yang tidak
adekuat
|
v
Keseimbangan Cairan
v
dehidrasi
Kriteria hasil
- Output
sesui dengan input
- Ttv
dalam batas norma
- Berat
badan sesuai dengan tinggi badan
- Tidak
ada tanda dehidrasi (elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab,
tidak ada rasa haus berlebihan)
|
Manajemen cairan
- Monitoring
status hidrasi (mis. Membran mukosa, denyut nadi, TD)
- Monitoring
TTV
- Monitoring
perubahan berat badan
- Catat
intake dan output cairan
- Tingkatkan
asupan oral dan tawari makanan ringan (mis. Buah – buahan segar/ jus buah)
- Dukung
pasien dan keluarga dalam pemberian minuman
- Kolaborasi
pemberian cairan IV sesuai kebutuhan
|
2
|
Gangguan
eliminasi urine b/d penurunan produksi
ADH
|
v
Eliminasi urine
Kriteria
hasil:
-
Jumlah eliminasi urine kembali normal
(0,5-1 cc/kg BB/jam)
-
Karakteristi urine kembali normal (frekuensi,
konsistensi, bau, volume dan warna)
-
Balence cairan seimbang
|
Manajemen eliminasi urine
-
monitor dan kaji karakteristik urine meliputi
frekuensi, konsistensi, bau, volume dan warna
-
Jika berkemih malam mengganggu, batasi asupan cairan
waktu malam dan berkemih sebelum tidur
-
anjarkan dan instruksikan pasien/
keluarga untuk mencatat output urin
-
kolaborasi pemberian ADH
|
3
|
Kurang
pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai proses penyakit
|
Pengetahuan: proses penyakit
Kriteria hasil:
-
Klien dan keluarga mengetahui definisi diabetes
insipidus.
-
mengetahui factor penyebab diabetes insipidus.
-
mengetahui tanda dan gejala awal diabetes insipidus.
-
mengetahui terapi pengobatan yang diberikan pada klien
dengan penyakit diabetes insipidus.
|
Pengajaran : proses penyakit
-
kaji pengetahuan awal klien mengenai penyakitnya.
-
Jelaskan patofisologi penyakitnya dan bagaimana itu
bisa berpengaruh terhadap bentuk dan fungsi tubuh.
-
Deskripsikan tanda dan gejala penyakit yang diderita
klien.
-
Diskusikan terapi pengobatan yang diberikan kepada
klien.
-
Diskusikan perubahan gaya hidup yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya komplikasi dan atau mengontrol proses penyakit tersebut.
|
3.3 Contoh Pendokumentasian
Implementasi
Waktu
|
No.
dx
|
implementasi
|
Respon
|
TTD
|
10/03/2017
13.00
|
1,2,3
|
1. Menjelaskan
deskrepsi dan patofisiologi penyakit
2. Mengajarkan dan menginstruksikan pasien/ keluarga untuk
mencatat output dan input
|
DO
: pasien mengatakan lebih mengerti mengenai penyakitnya dan mau bekerja sama
DS:
pasien dan keluarga tampak lebih tenang dan kooperatif
|
|
11/03/2017
08.00
|
1
|
1. Menggati
cairan infus RL 20 x/menit
|
DO:
-
DS:
tetesan lancar, tidak ada oedem.
|
|
|
2
|
2. Memberikan
obat anti diuretik melalui IM
|
DO
: pasien mengatakan masih sering kencing
DS:
tidak ada reaksi alergi
|
|
11.00
|
3
|
3. Mendiskusikan
terapi pengobatan yang tepat dengan pasien dan kelurga
|
DO: pasien dan
keluarga akan mengikuti saran dari dokter
DS: pasien dan
keluarga tampak kooperatif
|
|
13.00
|
1,2
|
4. Mengkaji
keluhan pasien dan mengobservasi TTV
|
DO:
pasien mengeluh sering buah air kecil,
sejak pagi sudah 5 kali
DS:
: - urine encer bening
- Pasien
terlihat bolak balik kamar madi
- TD
: 100 /60 mmhg
- N
: 100 x/ menit
- RR
: 16/ menit
- S:
36,80C
|
|
|
1,2
|
5. Observasi
status hidrasi
|
DO:
pasien mengatakan masih sering merasa haus tetapi malas minum
DS: -
turgor kulit buruk
- Kulit
kering
- Mukosa
bibir kering
|
|
3.4 Contoh Pendokumentasi Evaluasi
waktu
|
No.
Dx
|
Evaluasi
|
TTD
|
11/03/2017
14.00
|
1
|
S : pasien mengatakan pasien
mengatakan masih sering merasa haus tetapi malas minum
O
: -
turgor kulit buruk
- Kulit
kering
- Mukosa
bibir kering
- TD
: 100 /60 mmhg
- N
: 100 x/ menit
- RR
: 16/ menit
- S:
36,80C
A: masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
|
|
11/03/2017
14.00
|
2
|
S : pasien mengatakan masih sering buah air kecil
O : - pasien
tampak bolak balik ke kamar mandi
- Urine
encerdan bening
A: masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
|
|
11/03/2017
14.00
|
3
|
S : pasien mengatakan lebih mengerti
mengenai penyakitnya dan mau bekerja sama
O
: pasien dan keluarga tampak lebih tenang dan kooperatif
A: masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
|
|
BAB 4
PENUTUP
1.1
Kesimpulan
Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang jarang
ditemukan. Penyakit ini diakibatkan oleh berbagai penyebab yang dapat menganggu
mekanisme neurohypophyseal- renal reflex sehingga
mengakibatkan kegagalan tubuh dalam mengkonversi air. Terapi dan
penatalaksanaan diabetes insipidus tergantung diagnosa jenis dan penyebabnya.
Masalah diagnosa keperawatan yang sering muncul pada
pasien dengan diabetes insipidus yaitu kurangnya volume cairan, gangguan
eliminasi urine dan kurang pengetahuan terhadap penyakit
1.2
Saran
Dengan adanya makalah ini
mudah-mudahan kita mampu memahami dan mengetahui asuhan keperawatan dan
konsep/teori dari gangguan pada sistem Endokrin terutama penyakit diabetes
insipidus. Tentunya kita sebagai seorang
perawat harus mampu berkolaborasi dalam menentukan jenis dan etiologi
untuk rencana terapi karena dengan diagnosis dan terapi yang tepat akan
mempercepat penyembuhan dan membantu meningkatkan kualitas hidup pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Crowin, E. J. (2009). Buku Saku : Patofisiologi.
Jakarta: EGC.
Kowalak, J. P. (2011). Buku Ajar Patofisiologi.
Jakarta: EGC.
kusmana, f. (2016). diabetes insipidus - diagnosa dan terapi.
CDK , 43, 825 - 830.
Lyndon, S. (2014). Organ System : Visual Nursing,
Endokrin. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara.
Price, S., & Wilson, L. (1994). Pathophysiology:
Clinical concept of disease processes. (a. P, Trans.) jakarta: EGC.
Komentar
Posting Komentar